Hotel Santika Bintaro
(Kemenag Tangsel).
Kegiatan seminar yang diadakan oleh Puslitbang Pendidikan Agama dan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI tanggal 3-4 November
2021 mengangkat tema "SEMINAR HASIL
PENELITIAN SUMBER BELAJAR DIGITAL DI MA'HAD ALY".
Di era teknologi yang berkembang pesat
seperti sekarang ini dimana proses
kegiatan belajar dan mengajar di semua level, MI/SD, Mts/ SMP, MA/SMA,
dan Perguruan Tinggi menggunakan teknologi sebagai media belajar adalah suatu
keniscayaan.
Mahad Aly adalah perguruan tinggi keagamaan islam yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam
bidang penguasaan ilmu agama islam (tafaqquhfiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan oleh pondok
pesantren adalah bagian dari pendidikan
tinggi yang tidak bisa lepas dari teknologi tersebut.
Hadir dalam seminar itu
sebanyak 6 orang peneliti, 2 orang Nara Sumber dan dan 37 orang peserta dari
unsur kantor kemenag, dosen dan para kyai dari pondok pesantren, total peserta 47 orang (Nara Sumber, peneliti dan
peserta)
Dalam sambutannya Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI Ir. Hj. Sunarini, M.kom mengatakan bahwa sudah menjadi suatu keharusan
penggunaan teknologi sebagai media belajar di era seperti sekarang ini, teknologi memudahkan dalam
belajar, kelangkaan Sumber Belajar bisa dicari dengan teknologi digital, dan
laporan áPenelitian ini akan dijadikan formula untuk kemudian dikirim ke Pendis
Kementerian Agama RI, demikian sambutan Kapuslitbang.
Panitia Husen Hasan Basri dalam pembukaan mengatakan bahwa tujuan
darii kegiatan ini untuk mendiskusikan hasil penelitian dan targetnya adalah
mendapatkan makalah bahan penelitian baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari sisi metodologinya.
Berapa peneliti memaparkan hasil penelitiannya di beberapa Mahad Ally:
1. Dr. Ahmad Murtadho.
Bahwa salah satu penguatan
Islam di Solo adalah dengan memperkuat teknologi digital sebagai media belajar,
reformasi harus di mulai dari Pontren itu sendiri meliputi model rekrutmen
mahasantri, sistem pembayaran, serta pengisian nilai hasil perkuliahan. Hal ini
akan memjadi budaya digital di Pontren tersebut.
2. Dr. Saripudin.
Kita hidup di era digital
sehingga kehidupan tidak bisa terhindarkan dengan menggunaan mesin- mesin digital tersebut, di
tahun 2015 mahasiswa di Indonesia berada pada posisi ke dua dalam
penggunakaan teknologi tersebut. Tetapi
dalam konteks Mahad Aly mahasantri sangat kekurangan fasilitas internet
sehingga sulit mengembangkan literasi dari
teknologi digital tersebut.
3. Dr. Munawiroh, M.Pd.
Pada Mahad Aly Kebon jambu tidak semua mahasantri di perkenankan
menggunakan media digital dalam mencari informsi yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar seperti hp, fb, wa, para Kyai dan Perpustakaan merupakan sumber
belajar utama.
4. Dr. Nuraliyah.
Di Mahad Aly TBS Kudus , kitab- kitab belum bisa di dapat secara
digital, kitab- kitab ilmu falak masih sulit di dapatkan dan kebanyakan
terbitan luar negeri, manuskrip tua dan mudah rusak.
Usai peneliti memaparkan pandangan dan hasil penelitiannya salah
seorang Nara Sumber Dr Khairan mengevaluasi dan mengungkapkan pendapat
sesuai kapasitas keilmuannya. Kesan yang disampaikan meliputi:
a. Subjektivitas dan objektivitas dalam penelitian.
b. Makalah seharusnya jangan seperti judul buku, harus ada kesan
masalah dan menimbulkan masalah untuk di cari solusi.
c. Penelitian harus berangkat dari payung hukum sebagai dasar berupa
undang- undang, peraturan-peraturan pendidikan, dan payung hukum pontren.
"Silakan koordinator peneliti merubah mana yang harus di rubah
termasuk cara penulisan harus sesuai dengan EYD"', demikan Nara Sunber
menambahkan, acaa ditutup kemudian seluruh peserta seminar diperbolehkan
kembali ke rumahnya masing- masing. (#Huda-P# )